IHSG Cenderung Loyo Pas Mau Lebaran, Beneran?

Karyawan melintas di depan layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Lebaran 2023 sudah semakin dekat. Investor pun bersiap untuk rehat sejenak dari aktivitas jual-beli saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bagaimana nasib Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di hari terakhir jelang libur?

Sebagai informasi, hari ini, Selasa (18/4/2023) menjadi hari terakhir bursa selama Ramadan 2023 sebelum libur cuti bersama merayakan Hari Raya Idul Fitri pada 19 April-25 April mendatang.

Menurut catatan historis selama 5 tahun belakangan (2018-2022), IHSG bisa dibilang cenderung melemah sehari sebelum cuti bersama lebaran.

Pada Ramadan 2018, misalnya, IHSG ditutup melemah 1,85% pada 8 Juni 2018. Kemudian, pada hari terakhir bursa jelang lebaran pada 2020 dan 2021 secara berturut-turut IHSG ditutup memerah minus 0,06% dan 0,63%.

Hal tersebut bisa dipahami lantaran ada kecenderungan investor mengambil keuntungan (taking profit) dan bersih bersih portofolio jelang libur lebaran.

Kendati demikian, kecenderungan tersebut tidak begitu kuat lantaran IHSG berhasil naik 1,72% pada hari terakhir sebelum libur lebaran 2019 dan 0,45% pada 2022.

Apabila kinerja historis IHSG sesaat sebelum libur lebaran cenderung lesu, setidaknya sejak 2018 IHSG cenderung menguat sepanjang Ramadan. Kenaikan tertinggi terjadi pada 2018 ketika indeks naik 3,06% selama bulan suci tersebut.

Tahun ini, kendati di tengah investor wait and see melihat kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed), IHSG naik 0,37% selama Ramadan, per penutupan Senin (17/4).

Hanya saja faktor musiman tersebut di atas berdiri di atas asumsi semua faktor lainnya, di luar data tersebut, dianggap tidak berubah.

Artinya, apabila melihat lebih jauh, di setiap Ramadan selalu ada sentimen makro yang menjadi backdrop kinerja bursa saham selama periode tersebut, seperti soal suku bunga The Fed pada Ramadan kali ini.

Singkatnya, ada banyak sentimen lainnya yang sejatinya turut memengaruhi kinerja IHSG selama Ramadan di setiap tahunnya.

Sejauh ini, pasar saham RI masih lesu gairah seiring investor masih menunggu perkembangan kebijakan moneter AS.

Volatilitas dan sepinya nilai transaksi menjadi tanda investor masih ragu-ragu terhadap bursa saham domestik.

Pasca-lebaran, investor akan kembali bersiap mencermati setiap respons pasar global atas kebijakan moneter bank sentral global, terutama The Fed. Terdekat, The Fed akan mengadakan rapat FOMC terkait suku bunga dan kebijakan moneter lainnya pada 2-3 Mei mendatang.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*