Subvarian virus Covid-19 terbaru, Arcturus, telah ditemukan di Indonesia. Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Mohammad Syahril menyebut bahwa per Senin (17/4/2023) ada 7 laporan kasus Covid Arcturus di Indonesia.
“Ada satu yang memiliki riwayat perjalanan dari India,” ucapnya, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/4).
Perlu diketahui, dalam beberapa waktu terakhir India mengalami lonjakan kasus Covid akibat subvarian baru tersebut. Selain India, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerima laporan kenaikan kasus Covid subvarian Arcturus di 28 negara lainnya, termasuk Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Thailand dan Australia.
Syahril melanjutkan, di Indonesia sendiri, dalam satu pekan terakhir memang ada kenaikan kasus Covid-19. Meski demikian, sejauh ini kenaikan kasus masih dalam batas normal.
WHO menetapkan ‘batas aman’ Covid apabila angka kematian di bawah 1 per 100 ribu penduduk, sementara angka pasien yang dirawat 5 per 100 ribu penduduk.
“Jadi, catatan kita semua bahwa pandemi itu masih ada dan kemungkinan akan terjadi kenaikan kasus karena kemunculan subvarian baru,” kata Syahril.
Gejala Covid Arcturus
Menurut dr Syahril, semua pasien Arcturus di Indonesia menunjukkan gejala ringan.
Adapun gejala khas dari subvarian terbaru ini adalah konjungtivitis, atau mata merah, serta mata belekan.
“Tapi tidak semua kasus (mengalami mata merah), sehingga itu jangan dijadikan patokan,” kata Syahril.
Selain itu, gejala lainnya hampir mirip dengan varian Covid sebelumnya, termasuk batuk, demam, nyeri saat menelan, nyeri tenggorokan, sakit di seluruh badan, dan nafsu makan menurun,